SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah sedang berada di persimpangan penting dalam menjadikan kebudayaan sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Dalam Debat Ketiga Pilkada Jateng yang digelar di Universitas Diponegoro Semarang, Rabu (20/11/2024), kedua calon wakil gubernur (Cawagub) memaparkan visi dan strategi mereka yang inovatif.
Hendrar Prihadi (Cawagub nomor urut 01) menegaskan pentingnya kebersamaan melalui pendekatan gotong royong. “Bung Karno telah meletakkan dasar yang luar biasa untuk republik ini, yaitu gotong royong. Kami akan menghidupkan konsep 'Bergerak Bersama', mengajak pemerintah, pengusaha, tokoh masyarakat, dan pewarta untuk membangun kota yang penuh keberagaman seni dan budaya, ” ujarnya dengan penuh semangat.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pemilu Ditunda? No Way!
|
Hendi, sapaan akrabnya, menyoroti pentingnya menjadikan kebudayaan sebagai daya tarik wisata yang mendunia. Ia berkomitmen untuk menggelar berbagai acara seni dan budaya guna mendongkrak pariwisata dan pendapatan daerah.
“Kota tanpa seni dan budaya adalah kota kosong. Dengan event budaya, wisatawan lintas daerah hingga mancanegara akan datang. Ini peluang besar untuk Jawa Tengah, ” tambahnya.
Taj Yasin Maimoen (Cawagub nomor urut 02), di sisi lain, fokus pada pemanfaatan budaya lokal untuk membangkitkan jiwa muda Jawa Tengah.
“Kami akan memasukkan budaya lokal ke dalam kurikulum pendidikan, sehingga generasi muda tidak hanya mengenal budaya, tetapi mencintainya, ” ucap pria yang akrab disapa Gus Yasin.
Gus Yasin juga menegaskan komitmen untuk menghidupkan kembali sentra-sentra budaya seperti Taman Budaya Raden Saleh di Semarang dan Taman Sriwedari di Solo.
“Kami ingin promosi budaya ini sampai ke taraf internasional, bekerja sama dengan diaspora, sehingga budaya lokal Jawa Tengah menjadi kebanggaan dunia, ” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya pelestarian bahasa daerah dan seni tradisional sebagai bentuk perlindungan budaya yang lebih luas.
“Budaya adalah jati diri kita. Melalui pemanfaatan cagar budaya dan seni, kita juga bisa menciptakan peluang ekonomi baru, ” jelas Gus Yasin.
"Budaya Sebagai Pilar Ekonomi"
Meskipun Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Jawa Tengah tahun 2023 tercatat lebih tinggi dari rata-rata nasional, skor dimensi ekonomi budaya masih rendah di angka 45, 11. Kedua pasangan calon bersepakat bahwa ini adalah tantangan sekaligus peluang besar.
Dengan strategi berbasis kolaborasi dan inovasi, kedua kandidat menawarkan solusi yang tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menjadikannya sebagai motor penggerak ekonomi. Siapa pun yang akan memimpin nantinya, masa depan kebudayaan Jawa Tengah tampaknya akan semakin bersinar.
Editor: JIS Agung
Penulis: Lawinda Rahmawati